Thursday 26 May 2011

Tragedi Rumah Anak Yatim Hulu Langat - Baraqah yang Hilang !!!

Ramai yang terkejut dan terharu apabila menyaksikan tragedi Rumah Anak Yatim Hulu Langat yang berlaku pada minggu lepas.

Bagi orang-orang Melayu yang beragama Islam khususnya - boleh dikira berapa ramai yang tidak terasa pilu melihat tubuh-tubuh kecil yang tidak berdosa, kaku dan tertimbus di bawah runtuhan tanah yang meragut nyawa mereka dengan begitu ngerinya.  Kesibukan usaha menyelamat yang dilakukan di selang-seli dengan wajah personaliti-personaliti tertentu di kaca TV membuat kenyataan, ada yang ikhlas menyatakan simpati, ada yang cuba mengalih tanggungjawab  dengan pelbagai alasan, ada yang terus menawarkan bantuan, ada yang tunjuk 'hero' dan berbagai lagi sentimen yang lazim didengari  telah dinyatakan.

Namun dalam semua kekalutan yang berlaku ini, terasa seolah-olah ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada kita yang masih berjalan dan bernyawa ini. Kalau yang runtuh tu rumah urut atau kelab judi yang kini sudah tumbuh macam cendawan di Selangor, mungkin kita tak terasa sangat. Tetapi peristiwa yang mengorbankan insan-insan kecil yang belum lagi puas melihat dunia  - apatah lagi untuk mengenali asal usul serta keujudan dirinya yang tidak pernah berpeluang merasa nikmat kasih sayang seorang ayah... seperti meninggalkan rasa takut, campur sedih campur cemas di hati semua yang berperasaan, yang susah sekali hendak digambarkan.

Agama Islam memerintah kaum Muslimin untuk senantiasa memerhatikan nasib anak-anak yatim, berbuat baik kepada mereka dan membantu mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa.

Islam meletakkan nilai yang sangat tinggi lagi istimewa bagi orang-orang yang melaksanakan tuntutan ini dengan seikhlas-ikhlasnya. Jelas sekali agama kita yang mulia ini meletakkan anak-anak yatim pada kedudukan yang sangat tinggi dan selain daripada diminta untuk menyayangi mereka, kita dilarang melakukan sebarang tindakan yang boleh menyinggung perasaan mereka.

Hadith riwayat Ibnu Abbas r.a. menyatakan Nabi s.a.w bersabda "Barang siapa yang memberi makan dan minum seorang anak yatim di antara kaum Muslimin, maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga kecuali dia melakukan dosa yang tidak diampun".

Dari Abu Umamah, Nabi s.a.w bersabda lagi "Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan kerana Allah, adalah baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barang siapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah aku bersamanya di syurga seperti ini (baginda mensejajarkan dua jarinya)."


Sejak dari zaman Nabi s.a.w dan para sahabatnya lagi, anak-anak yatim diperlaku dan dilayan dengan begitu istimewa sekali - malah kepentingan anak-anak yatim diutamakan daripada kepentingan peribadi dan keluarga mereka sendiri. Demikian lah baraqah yang dinikmati oleh masyarakat Muslim yang memberi perhatian serta kasih pada anak-anak yatim yang ada di kalangan mereka.

Dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda lagi "Ketika Allah Azza wa jalla menurunkan ayat - Jangan kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang baik" dan "sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan dzalimnya"... amaran diberi kepada  golongan yang mengambil tanggungjawab menjaga amanah anak-anak yatim ini.

Jelas sekali daripada semua dalil ini, menjaga dan menunjukkan keprihatinan yang tulus kepada anak-anak yatim adalah wajib dalam agama. Allah swt menurunkan ayat "Dan mereka  bertanya kepada mu (Muhammad) tentang anak yatim, katakanlah berbuat baik kepada mereka adalah lebih baik dan jika kalian bercampur dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu."


Jadi apa iktibarnya bila berlaku  tragedi runtuhan tanah ke atas rumah anak yatim di Hulu Langat itu?

Anak yatim adalah anak yang ditinggalkan mati ayahnya selagi ia belum mencapai umur baligh. Anak-anak ini memerlukan pertolongan dan kasih sayang kita kerana ayahnya yang telah tiada.

Justeru seorang yang penyayang kepada anak-anak yatim dan menyantuni mereka adalah orang yang berbudi dan berakhlak mulia di sisi ugama, masyarakat dan di mata Allah s.w.t.

Ketahuilah bahawa...yang merenggut jiwa dan perasaan kita sewaktu berlaku peristiwa yang menyayat hati ini sebenarnya ialah kesedaran di hati kecil kita bahawa hilanglah baraqah yang telah Allah kurniakan kepada kita sebelum ini.

Dengan itu hilanglah juga kesempatan kita menemani Nabi di Syurga.

Nabi s.a.w telah mewasiatkan ubat untuk hati yang keras. Ada seorang lelaki yang datang kepada Nabi mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabi pun bertanya "Sukakah kamu jika hati kamu menjadi lunak dan keperluanmu dipenuhi?"


"Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya dan berilah mereka makan dari makanan mu, nescaya hatimu menjadi lunak, dan keperluan (hajatmu) mu akan terpenuhi (dimakbulkan)" - Hadith Riwayat Tabrani, Taghrib, Al-Albaniy: 254).

I can't help thinking though that somehow these happenings remind me of that childrens' folk tale called The Pied Piper of Hamelin.

It happened on the banks of a river in the north of Germany, in a town called Hamelin (hence the name). One day the town was attacked by rats - they attacked the homes, the barns, the storehouses and the people. The Town Council (much like the Dewan Undangan Negeri) headed by the Mayor (yup, like the Menteri Besar) harrassed by the cries of the people decided to offer a reward for anyone who could rid the town of these pesky vermins! 

The word was spread far and wide - the reward was for a thousand guilders!


A tall reed of a man suddenly showed up one day in front of the Town Council and agreed to get rid of the rats if the offer was still on. The Town Council was delighted to agree with any of the tall man's request for as long as they could be free of the four-legged perpetrators. 


"Very well," said the tall man, "when I am done, there will not be a rat left in Hamelin". 


The Town Council and the people looked on as the tall man took out a musical pipe from his robe. As his lips pursed on the pipe and his slender fingers moved - a sound like they have never heard before wafted through the streets of Hamelin. 


In the distance, suddenly there was a murmur, which became a a rumbling - which crescendoed into a thunderous roar as the rats of all shapes and sizes, forms and colours, came scampering out from the doors, windows and gutters...after the tall piper!


As the tall stranger played, he marched down to the river of Hamelin and walked into the water till it reached his middle. Needless to say, every one of the rats that swarmed behind him was drowned and swept away by the current. By noon, there was not a single rat left in Hamelin!

The people cheered, the Town Council was beside themselves with excitement, and the  Mayor beamed with obvious pride. And then the tall stranger strode up to claim his reward!


"Fifty guilders, that's our offer" smirked the Mayor..."after all," he thought... "the rats are all dead and they'll never come back"..


The tall stranger gave him a cold, steely glare.."You will be sorry for not keeping your promise!"


A shiver ran up the spine of the people but the Town Council and the Mayor shrugged and said "Look, we're saving your money"...and they turned their backs to walk away.


The tall stranger stood in the town square. That night the people of Hamelin slept soundly with not a rat to disturb them.


At dawn, when the strange sound of piping wafted through the streets and alleys of Hamelin, only the children heard it. Drawn as if by magic, the children tumbled out of their beds and rushed after the heels of the pied piper who pranced through the streets still playing his tune. The long parade of children of all sizes made its way out of the town, through the forest until they reached the foot of a mountain. 


The piper looked around to see the horrified townspeople, Council and Mayor who by now could only watch helplessly. He smiled and played his pipe even louder - the side of the mountain parted and the children trooped in behind him laughing and cheering in excitement. When the last child disappeared into the darkness, the great door of the mountain shut. A landslide then came down blocking the entrance to the cave forever...only one lame boy was left behind to tell the tale.


Many years passed and the merry voices were never heard through the streets. The people, the Town Council and the Mayor of Hamelin was taught a lesson that they would never forget..!!!


What happened in Hulu Langat was perhaps not just a cruel twist of fate...there is a message I am certain, that the Almighty has given - one perhaps that humans in all their arrogance and ignorance just plain refuse to see!

Itulah yang harus kita renungkan, para Muslimin sekalian (apa juga ideologi tuan-tuan - baik PKR, PAS atau BN). Tanyalah pada diri sejujurnya - amanah apakah yang masih belum tuan-tuan laksanakan, janji mana lagi yang tidak ditepati, sumpah apakah yang telah tuan-tuan langgar...itulah tanggungan di atas kepala tuan-tuan semua. Bertindaklah sebelum terlambat agar dosa yang dilakukan dapat ditebus dan bangsa serta negara tempat tumpah darah kita ini dapat kita selamatkan dari musuh sebenar.



Walau pun anak-anak yatim ini kehilangan nyawa mereka sebagai korban kejadian yang berlaku, Allah s.w.t menjanjikan kematian yang syahid serta Syurga Jannah kepada mereka.

Yang seharusnya kita ratapi bukanlah pemergian roh-roh mereka yang indah itu - tetapi sebaliknya tangisilah nasib dan takdir semua yang hidup,  yang kini sudah hilang baraqah yang dahulunya dianugerah Allah s.w.t kepada mereka!

Mohon ampunlah dan perbetulkan kesilapan sebelum Allah mengambil semua yang diberikan Nya!

No comments:

Post a Comment