Ramai yang terkejut dan terharu apabila menyaksikan tragedi Rumah Anak Yatim Hulu Langat yang berlaku pada minggu lepas.
Bagi orang-orang Melayu yang beragama Islam khususnya - boleh dikira berapa ramai yang tidak terasa pilu melihat tubuh-tubuh kecil yang tidak berdosa, kaku dan tertimbus di bawah runtuhan tanah yang meragut nyawa mereka dengan begitu ngerinya. Kesibukan usaha menyelamat yang dilakukan di selang-seli dengan wajah personaliti-personaliti tertentu di kaca TV membuat kenyataan, ada yang ikhlas menyatakan simpati, ada yang cuba mengalih tanggungjawab dengan pelbagai alasan, ada yang terus menawarkan bantuan, ada yang tunjuk 'hero' dan berbagai lagi sentimen yang lazim didengari telah dinyatakan.
Namun dalam semua kekalutan yang berlaku ini, terasa seolah-olah ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada kita yang masih berjalan dan bernyawa ini. Kalau yang runtuh tu rumah urut atau kelab judi yang kini sudah tumbuh macam cendawan di Selangor, mungkin kita tak terasa sangat. Tetapi peristiwa yang mengorbankan insan-insan kecil yang belum lagi puas melihat dunia - apatah lagi untuk mengenali asal usul serta keujudan dirinya yang tidak pernah berpeluang merasa nikmat kasih sayang seorang ayah... seperti meninggalkan rasa takut, campur sedih campur cemas di hati semua yang berperasaan, yang susah sekali hendak digambarkan.
Agama Islam memerintah kaum Muslimin untuk senantiasa memerhatikan nasib anak-anak yatim, berbuat baik kepada mereka dan membantu mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa.
Islam meletakkan nilai yang sangat tinggi lagi istimewa bagi orang-orang yang melaksanakan tuntutan ini dengan seikhlas-ikhlasnya. Jelas sekali agama kita yang mulia ini meletakkan anak-anak yatim pada kedudukan yang sangat tinggi dan selain daripada diminta untuk menyayangi mereka, kita dilarang melakukan sebarang tindakan yang boleh menyinggung perasaan mereka.
Hadith riwayat Ibnu Abbas r.a. menyatakan Nabi s.a.w bersabda "Barang siapa yang memberi makan dan minum seorang anak yatim di antara kaum Muslimin, maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga kecuali dia melakukan dosa yang tidak diampun".
Dari Abu Umamah, Nabi s.a.w bersabda lagi "Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan kerana Allah, adalah baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barang siapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah aku bersamanya di syurga seperti ini (baginda mensejajarkan dua jarinya)."
Sejak dari zaman Nabi s.a.w dan para sahabatnya lagi, anak-anak yatim diperlaku dan dilayan dengan begitu istimewa sekali - malah kepentingan anak-anak yatim diutamakan daripada kepentingan peribadi dan keluarga mereka sendiri. Demikian lah baraqah yang dinikmati oleh masyarakat Muslim yang memberi perhatian serta kasih pada anak-anak yatim yang ada di kalangan mereka.
Dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda lagi "Ketika Allah Azza wa jalla menurunkan ayat - Jangan kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang baik" dan "sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan dzalimnya"... amaran diberi kepada golongan yang mengambil tanggungjawab menjaga amanah anak-anak yatim ini.
Jelas sekali daripada semua dalil ini, menjaga dan menunjukkan keprihatinan yang tulus kepada anak-anak yatim adalah wajib dalam agama. Allah swt menurunkan ayat "Dan mereka bertanya kepada mu (Muhammad) tentang anak yatim, katakanlah berbuat baik kepada mereka adalah lebih baik dan jika kalian bercampur dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu."
Jadi apa iktibarnya bila berlaku tragedi runtuhan tanah ke atas rumah anak yatim di Hulu Langat itu?
Anak yatim adalah anak yang ditinggalkan mati ayahnya selagi ia belum mencapai umur baligh. Anak-anak ini memerlukan pertolongan dan kasih sayang kita kerana ayahnya yang telah tiada.
Justeru seorang yang penyayang kepada anak-anak yatim dan menyantuni mereka adalah orang yang berbudi dan berakhlak mulia di sisi ugama, masyarakat dan di mata Allah s.w.t.
Ketahuilah bahawa...yang merenggut jiwa dan perasaan kita sewaktu berlaku peristiwa yang menyayat hati ini sebenarnya ialah kesedaran di hati kecil kita bahawa hilanglah baraqah yang telah Allah kurniakan kepada kita sebelum ini.
Dengan itu hilanglah juga kesempatan kita menemani Nabi di Syurga.
Nabi s.a.w telah mewasiatkan ubat untuk hati yang keras. Ada seorang lelaki yang datang kepada Nabi mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabi pun bertanya "Sukakah kamu jika hati kamu menjadi lunak dan keperluanmu dipenuhi?"
"Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya dan berilah mereka makan dari makanan mu, nescaya hatimu menjadi lunak, dan keperluan (hajatmu) mu akan terpenuhi (dimakbulkan)" - Hadith Riwayat Tabrani, Taghrib, Al-Albaniy: 254).
I can't help thinking though that somehow these happenings remind me of that childrens' folk tale called The Pied Piper of Hamelin.
It happened on the banks of a river in the north of Germany, in a town called Hamelin (hence the name). One day the town was attacked by rats - they attacked the homes, the barns, the storehouses and the people. The Town Council (much like the Dewan Undangan Negeri) headed by the Mayor (yup, like the Menteri Besar) harrassed by the cries of the people decided to offer a reward for anyone who could rid the town of these pesky vermins!
The word was spread far and wide - the reward was for a thousand guilders!
A tall reed of a man suddenly showed up one day in front of the Town Council and agreed to get rid of the rats if the offer was still on. The Town Council was delighted to agree with any of the tall man's request for as long as they could be free of the four-legged perpetrators.
"Very well," said the tall man, "when I am done, there will not be a rat left in Hamelin".
The Town Council and the people looked on as the tall man took out a musical pipe from his robe. As his lips pursed on the pipe and his slender fingers moved - a sound like they have never heard before wafted through the streets of Hamelin.
In the distance, suddenly there was a murmur, which became a a rumbling - which crescendoed into a thunderous roar as the rats of all shapes and sizes, forms and colours, came scampering out from the doors, windows and gutters...after the tall piper!
As the tall stranger played, he marched down to the river of Hamelin and walked into the water till it reached his middle. Needless to say, every one of the rats that swarmed behind him was drowned and swept away by the current. By noon, there was not a single rat left in Hamelin!
The people cheered, the Town Council was beside themselves with excitement, and the Mayor beamed with obvious pride. And then the tall stranger strode up to claim his reward!
"Fifty guilders, that's our offer" smirked the Mayor..."after all," he thought... "the rats are all dead and they'll never come back"..
The tall stranger gave him a cold, steely glare.."You will be sorry for not keeping your promise!"
A shiver ran up the spine of the people but the Town Council and the Mayor shrugged and said "Look, we're saving your money"...and they turned their backs to walk away.
The tall stranger stood in the town square. That night the people of Hamelin slept soundly with not a rat to disturb them.
At dawn, when the strange sound of piping wafted through the streets and alleys of Hamelin, only the children heard it. Drawn as if by magic, the children tumbled out of their beds and rushed after the heels of the pied piper who pranced through the streets still playing his tune. The long parade of children of all sizes made its way out of the town, through the forest until they reached the foot of a mountain.
The piper looked around to see the horrified townspeople, Council and Mayor who by now could only watch helplessly. He smiled and played his pipe even louder - the side of the mountain parted and the children trooped in behind him laughing and cheering in excitement. When the last child disappeared into the darkness, the great door of the mountain shut. A landslide then came down blocking the entrance to the cave forever...only one lame boy was left behind to tell the tale.
Many years passed and the merry voices were never heard through the streets. The people, the Town Council and the Mayor of Hamelin was taught a lesson that they would never forget..!!!
What happened in Hulu Langat was perhaps not just a cruel twist of fate...there is a message I am certain, that the Almighty has given - one perhaps that humans in all their arrogance and ignorance just plain refuse to see!
Itulah yang harus kita renungkan, para Muslimin sekalian (apa juga ideologi tuan-tuan - baik PKR, PAS atau BN). Tanyalah pada diri sejujurnya - amanah apakah yang masih belum tuan-tuan laksanakan, janji mana lagi yang tidak ditepati, sumpah apakah yang telah tuan-tuan langgar...itulah tanggungan di atas kepala tuan-tuan semua. Bertindaklah sebelum terlambat agar dosa yang dilakukan dapat ditebus dan bangsa serta negara tempat tumpah darah kita ini dapat kita selamatkan dari musuh sebenar.
Walau pun anak-anak yatim ini kehilangan nyawa mereka sebagai korban kejadian yang berlaku, Allah s.w.t menjanjikan kematian yang syahid serta Syurga Jannah kepada mereka.
Yang seharusnya kita ratapi bukanlah pemergian roh-roh mereka yang indah itu - tetapi sebaliknya tangisilah nasib dan takdir semua yang hidup, yang kini sudah hilang baraqah yang dahulunya dianugerah Allah s.w.t kepada mereka!
Mohon ampunlah dan perbetulkan kesilapan sebelum Allah mengambil semua yang diberikan Nya!
Thursday, 26 May 2011
Saturday, 14 May 2011
Oi! UGAMA jangan usik!!!
Nak kena cakap sikit tentang perbuatan yang dah melampau-lampau ni...
Orang Melayu adalah bangsa yang sentiasa berlembut, sabar dan beralah...tengok aje saudaranya di Singapura dan di Pulau Mutiara...sampai dah tak boleh nak angkat muka. Itulah Melayu...sentiasa mengamalkan sikap bertolak ansur - orang tolak, dia beransur...
Orang Melayu juga majoritinya beragama Islam - dan Islam juga adalah ugama yang toleran, sederhana dan tidak menggalakkan persengketaan. Mungkin kerana ini Ugama Islam dan Melayu yang menjadi penganutnya sudah boleh diperlekehkan, pandangan dan pendapatnya tak perlu dihormati atau diberi perhatian, dan sekarang ini walaupun diperuntukkan jelas dalam Perlembagaan Malaysia - hak serta kedudukan agama yang mulia ini sudah boleh dicabar dan dimomok-momokkan.
Orang-orang bukan Islam di negara ini tidak pernah dilarang atau disekat daripada menganut apa jua ugama yang menjadi pilihan mereka. Diorang nak bina gereja, atau kuil atau berhala sebesar-besarnya pun, mereka bebas berbuat demikian. Malah orang Islam yang dah keluar daripada ugama Islam dan murtad pun...pihak berkuasa Islam tak boleh buat apa. Dengan kebebasan beragama yang begitu hebat dan berleluasa ni...mengapa UGAMA kita ni nak di usik jugak?
Dalam kebanyakan cerita wayang, si antagonis faham bahawa satu-satunya cara untuk dia mencemarkan maruah si protagonis (yang menjadi musuhnya) - adalah dengan mengusik atau merosakkan sesuatu yang dia anggap mulia dan berharga...contohnya kehormatan isteri atau anak perawannya...
Begitu juga orang bukan Islam faham bahawa salah satu cara berkesan untuk 'mengacah' orang Islam ini adalah dengan mencadangkan suatu yang boleh mencemar kerukunan, kedudukan serta maruah agama Islam itu sendiri.
Dengan yang demikian, adalah sesuatu yang tidak boleh diterima akal bagi orang Islam (yang kebanyakkan nya Melayu) untuk tidak merasa tercabar dengan tindakan mencadangkan agama selain daripada agama Islam mengambil tempat agama rasmi negara (yang jelas telah diperuntukkan dalam Perlembagaan). Apatah lagi agama pemimpin tertingginya? Ini bukan acah lagi beb, ini cari pasal nama nya...
Islamic bashing yang sudah mula menampakkan bayangnya di negara kita sekarang ini adalah jangkitan dari fenomena global yang sudah mencecah ke tahap maksimum.
This Islamic bashing is outright and open in some places but subtle yet just as venomous in others. The intent however is the same. And a Malay Muslim (devout or otherwise) knows that it is one's 'intent' (niat) that puts one's 'act' into perspective. And so if they can so much as smell an intent to insult, or worse to violate their faith...all I can say is, may Allah have mercy on the offender.
Malays live by a very simple code, some of which are described in the local peribahasa - something that's being less and less taught in the public and national schools. Why? Well, you tell me!
Anyway, here's an example:
Sebelum masuk tidur malam ni, mari saya ceritakan satu "bedtime story"...
Pada suatu hari seorang Yahudi berjalan-jalan di bandar New York (mana lagikan?). Sedang dia berjalan-jalan itu, tiba-tiba hujan pun turun - mulanya renyai tetapi selepas itu hujan semakin lebat. Seperti pejalan kaki yang berkeliaran di kawasan yang sama, Yahudi itu juga berebut menunggu di tepi jalan untuk mendapat teksi.
Apabila teksi tiba, Yahudi tersebut meninjau ke dalam kenderaan. Sejurus dia memberi laluan kepada pejalan kaki yang menunggu di belakangnya untuk menaiki teksi tersebut. Yahudi tersebut menunggu lagi. Tiba sebuah lagi teksi dan Yahudi itu melakukan perkara yang sama. Dia meninjau ke dalam teksi dan setelah berpuas hati dengan apa yang dilihatnya, Yahudi itu sekali lagi memberi laluan kepada yang menunggu di belakangnya.
Ini berlaku beberapa kali, dan Yahudi tersebut kini sudah basah kuyup disebabkan hujan, namun dia masih tak memilih untuk menaiki teksi yang berhenti untuk mengambilnya. Perbuatannya ini diperhatikan oleh beberapa orang Melayu yang kebetulan berada di tempat yang sama. Agaknya kerana tak tahan mereka pun bertanya, "Mengapa saudara (Melayu kan hormat!!!) tak naik teksi yang berhenti tadi? Bukan main banyak yang kosong. Adakah ia tak pergi ke destinasi yang saudara ingini??"
Yahudi itu menggeleng-geleng kepalanya (bukan sebab sejuk) "Tidak...saya menunggu teksi yang dibawa oleh Yahudi jugak - baru saya akan naik"... Melayu-Melayu tersebut terpinga-pinga...
Walaupun cerita ini mungkin hanya rekaan, atau mungkin tidak (yang cerita ni Melayu yang blur tadi tu lah) - dan memang ada kena mengena dengan mereka yang hidup atau pun yang mati, namun... moral of the story, my friends,... adalah demikianlah sikap bangsa Yahudi (dan yang dikategori sesuku dengannya di rantau Timur ni) terhadap wang. Mereka akan mempastikan, susah bagaimana sekali pun...duit serta ekonomi mereka hanya akan mereka benarkan mengalir dan berpusing di kalangan bangsanya sendiri.
Jadi walaupun Yahudi tadi lencun habis, dan walaupun teksi yang berhenti begitu banyak dan kosong semuanya - tapi disebabkan kuatnya setiakawan sesama bangsanya untuk mempastikan ekonomi mereka tidak dikuasai oleh bangsa lain, dia sanggup berkorban kerana matlamat utama adalah kekayaan bangsa nya.
Remember money talks, babe...you gotta get them where it hurts most! Kalau Melayu sanggup berkorban seperti itu, lebih pada Islamic bashing boleh diatasi...
Okay, mimpi indah sayangku!!
Orang Melayu adalah bangsa yang sentiasa berlembut, sabar dan beralah...tengok aje saudaranya di Singapura dan di Pulau Mutiara...sampai dah tak boleh nak angkat muka. Itulah Melayu...sentiasa mengamalkan sikap bertolak ansur - orang tolak, dia beransur...
Orang Melayu juga majoritinya beragama Islam - dan Islam juga adalah ugama yang toleran, sederhana dan tidak menggalakkan persengketaan. Mungkin kerana ini Ugama Islam dan Melayu yang menjadi penganutnya sudah boleh diperlekehkan, pandangan dan pendapatnya tak perlu dihormati atau diberi perhatian, dan sekarang ini walaupun diperuntukkan jelas dalam Perlembagaan Malaysia - hak serta kedudukan agama yang mulia ini sudah boleh dicabar dan dimomok-momokkan.
Orang-orang bukan Islam di negara ini tidak pernah dilarang atau disekat daripada menganut apa jua ugama yang menjadi pilihan mereka. Diorang nak bina gereja, atau kuil atau berhala sebesar-besarnya pun, mereka bebas berbuat demikian. Malah orang Islam yang dah keluar daripada ugama Islam dan murtad pun...pihak berkuasa Islam tak boleh buat apa. Dengan kebebasan beragama yang begitu hebat dan berleluasa ni...mengapa UGAMA kita ni nak di usik jugak?
Dalam kebanyakan cerita wayang, si antagonis faham bahawa satu-satunya cara untuk dia mencemarkan maruah si protagonis (yang menjadi musuhnya) - adalah dengan mengusik atau merosakkan sesuatu yang dia anggap mulia dan berharga...contohnya kehormatan isteri atau anak perawannya...
Begitu juga orang bukan Islam faham bahawa salah satu cara berkesan untuk 'mengacah' orang Islam ini adalah dengan mencadangkan suatu yang boleh mencemar kerukunan, kedudukan serta maruah agama Islam itu sendiri.
Dengan yang demikian, adalah sesuatu yang tidak boleh diterima akal bagi orang Islam (yang kebanyakkan nya Melayu) untuk tidak merasa tercabar dengan tindakan mencadangkan agama selain daripada agama Islam mengambil tempat agama rasmi negara (yang jelas telah diperuntukkan dalam Perlembagaan). Apatah lagi agama pemimpin tertingginya? Ini bukan acah lagi beb, ini cari pasal nama nya...
Islamic bashing yang sudah mula menampakkan bayangnya di negara kita sekarang ini adalah jangkitan dari fenomena global yang sudah mencecah ke tahap maksimum.
This Islamic bashing is outright and open in some places but subtle yet just as venomous in others. The intent however is the same. And a Malay Muslim (devout or otherwise) knows that it is one's 'intent' (niat) that puts one's 'act' into perspective. And so if they can so much as smell an intent to insult, or worse to violate their faith...all I can say is, may Allah have mercy on the offender.
Malays live by a very simple code, some of which are described in the local peribahasa - something that's being less and less taught in the public and national schools. Why? Well, you tell me!
Anyway, here's an example:
LAIN PADANG, LAIN BELALANG
LAIN ORANG, LAIN PANTANG...
ADA ORANG, KELUARGA JANGAN USIK (baik adik beradik, baik laki, baik bini)
ADA ORANG, BANGSA JANGAN USIK (baik adat resam, baik warna kulit, baik keturunan)
TAPI KEBANYAKAN ORANG (TERUTAMA MELAYU)...PANTANG BESAR...
UGAMA JANGAN USIK!!!
Soalannya, camne nak atasi Islamic bashing ni iya?
Sebelum masuk tidur malam ni, mari saya ceritakan satu "bedtime story"...
Pada suatu hari seorang Yahudi berjalan-jalan di bandar New York (mana lagikan?). Sedang dia berjalan-jalan itu, tiba-tiba hujan pun turun - mulanya renyai tetapi selepas itu hujan semakin lebat. Seperti pejalan kaki yang berkeliaran di kawasan yang sama, Yahudi itu juga berebut menunggu di tepi jalan untuk mendapat teksi.
Apabila teksi tiba, Yahudi tersebut meninjau ke dalam kenderaan. Sejurus dia memberi laluan kepada pejalan kaki yang menunggu di belakangnya untuk menaiki teksi tersebut. Yahudi tersebut menunggu lagi. Tiba sebuah lagi teksi dan Yahudi itu melakukan perkara yang sama. Dia meninjau ke dalam teksi dan setelah berpuas hati dengan apa yang dilihatnya, Yahudi itu sekali lagi memberi laluan kepada yang menunggu di belakangnya.
Ini berlaku beberapa kali, dan Yahudi tersebut kini sudah basah kuyup disebabkan hujan, namun dia masih tak memilih untuk menaiki teksi yang berhenti untuk mengambilnya. Perbuatannya ini diperhatikan oleh beberapa orang Melayu yang kebetulan berada di tempat yang sama. Agaknya kerana tak tahan mereka pun bertanya, "Mengapa saudara (Melayu kan hormat!!!) tak naik teksi yang berhenti tadi? Bukan main banyak yang kosong. Adakah ia tak pergi ke destinasi yang saudara ingini??"
Yahudi itu menggeleng-geleng kepalanya (bukan sebab sejuk) "Tidak...saya menunggu teksi yang dibawa oleh Yahudi jugak - baru saya akan naik"... Melayu-Melayu tersebut terpinga-pinga...
Walaupun cerita ini mungkin hanya rekaan, atau mungkin tidak (yang cerita ni Melayu yang blur tadi tu lah) - dan memang ada kena mengena dengan mereka yang hidup atau pun yang mati, namun... moral of the story, my friends,... adalah demikianlah sikap bangsa Yahudi (dan yang dikategori sesuku dengannya di rantau Timur ni) terhadap wang. Mereka akan mempastikan, susah bagaimana sekali pun...duit serta ekonomi mereka hanya akan mereka benarkan mengalir dan berpusing di kalangan bangsanya sendiri.
Jadi walaupun Yahudi tadi lencun habis, dan walaupun teksi yang berhenti begitu banyak dan kosong semuanya - tapi disebabkan kuatnya setiakawan sesama bangsanya untuk mempastikan ekonomi mereka tidak dikuasai oleh bangsa lain, dia sanggup berkorban kerana matlamat utama adalah kekayaan bangsa nya.
Remember money talks, babe...you gotta get them where it hurts most! Kalau Melayu sanggup berkorban seperti itu, lebih pada Islamic bashing boleh diatasi...
Okay, mimpi indah sayangku!!
Monday, 9 May 2011
Siapa letak Malaysia nombor corot???
Kita baru aja dapat report card...nombor 141 rupanya kita, beb! Malaysia antara yang tercorot dalam senarai Indeks Kebebasan Akhbar negara-negara di dunia yang berjumlah 178 kesemuanya.
Reporters Without Borders (diterjemahkan Wartawan Tanpa Sempadan) yang bertanggungjawab meletakkan Malaysia di kedudukan tu mengatakan setelah mereka membuat penilaian melalui soal selidik (questionnaire) mereka dapati bahawa Malaysia adalah di kalangan negara yang banyak menganiaya dan menyekat kebebasan bersuara melalui akhbar. Antara begitu banyak jahil dalam dunia, agaknya inilah kumpulan jahil yang terbesar sekali yang ada.
Jadi siapa 'menatang' yang letak Malaysia nombor corot ni??? Kata orang tua, kalau nak tau baik seseorang - tanya pada kawannya. Nak tau buruknya - tanya pada musuhnya. Cuba geng semua teka di mana duduknya Amerika dalam senarai indeks rekaan ini? Tau takpe... (tepuk tangan sikit sebab pandai)...tentulah dalam kalangan 20 anak mata tangga teratas sekali. Kalau letak nombor 1, nampak sangat pulak masuk bakul angkat sendiri, iya tak? Jadi letaklah nombor 20 - ngam-ngam supaya orang tak bising sangat. Tak payah jawab guna soal selidik pun kita dah boleh buat kira-kira tu, betul tak?
Tapi cuba tanya diri kita sendiri, masuk akal tak Amerika dapat nombor 20 ni?
Mengikut kata La Presse Sans Frontieres yang berpengkalan di Paris ini, Indeks Kebebasan Akhbar yang mereka siarkan ini hanya mengukur tahap pencabulan kebebasan akhbar sahaja - dan tiada kaitan dengan pencabulan hak asasi manusia. Apa tu ehh??? Dan satu lagi, indeks ini jugak dikatakan tidak mencerminkan mutu akhbar/kewartawanan di negara-negara berkenaan....???? Lagi golmarrr...@#*!^...
Trust these idiots to come up with such ambiguity to cover up their nebulousness...
Indeks ini hanya membayangkan tahap kebebasan yang dinikmati oleh wartawan atau pertubuhan berita di sesebuah negara dan sejauh mana pihak berkuasa di negara berkenaan menghormati atau menjamin kebebasan ini dihormati.
Jadi,
Soalan: Bagaimana Indeks ini dikira???
Jawapan: Okay, satu soalselidik (questionnaire) mengandungi 43 kriteria telah dirangka oleh Reporters without Borders ini yang meliputi perkara-perkara:
1) pencabulan kebebasan secara langsung kepada pemberita/wartawan e.g. dibunuh, dipenjara, diserang secara fizikal, diancam/ diugut dsb.
2) pencabulan kebebasan media e.g. censorship, akhbar ditutup secara paksa, rampas peralatan, arahan geledah, penderaan dsb.
3) tahap perlindungan yang dinikmati oleh pihak yang bertanggungjawab mencabul kebebasan ini dari dinikmati
4) ukuran tahap self censorship di setiap negara
(Sila ambil perhatian: Penilaian dibuat atas pencabulan kebebasan pemberita/wartawan atau badan berita berkenaan. Pencabulan yang dilakukan oleh wartawan atau badan berita berkenaan terhadap komuniti atau negara berkenaan tak perlu diambil kira! Boleh??? )
Soalan: SIAPA yang jawab soalselidik ini???
Jawapan: 15 kumpulan yang bebas bersuara (freedom of expression groups) yang telah dikenalpasti di 5 buah benua di dunia terdiri dari 140 correspondents (antaranya pemberita/wartawan, pakar kajiselidik, ahli perundangan dan aktivis hak asasi manusia) yang termasuk dalam rangkaian ini akan menerima soalselidik ini untuk di isi.
Siapa dan apa identiti 15 kumpulan yang bebas bersuara ini, wallahu a'lam...
Berdasarkan jawapan dan soalselidik yang 140 makhluk ini lengkapkan, maka negara-negara yang dinilai termasuk Malaysia akan menerima ranking atau kedudukan mereka dalam senarai indeks yang disebut. Bagus kan? Macam sial!!!
Tapi nanti dulu, belum habis lagi - ada satu lagi report card yang Malaysia dapat... ini pun markah kita kurang baik jugak.
Pada 28 April yang baru lalu, Bank Dunia (World Bank) mengeluarkan Laporan yang mengatakan dasar-dasar Malaysia sendiri yang telah menjadi senjata makan tuan dan menjadi penyebab utama berlakunya "brain drain" di negara ini.
(Takrif brain drain - ketirisan tenaga cerdik pandai atau talents ke luar negara)
Laporan itu turut menghujjah bahawa jika dasar-dasar ini dibiar berterusan - jangan harap Malaysia akan jadi negara berpendapatan tinggi pada tahun 2020 nanti. Lebih kurang gitulah isi kandungan Laporan tersebut...
Philip Schellekens, ahli ekonomi di World Bank yang turut menulis laporan ini juga berkata ini adalah petanda kritikal yang menunjukkan bahawa sudah tiba masa para pembuat dasar negara kita perlu mengganda usaha menarik dan mengekalkan talents ini dengan cara menghapuskan dasar-dasar yang pada awalnya menjadi sebab kumpulan ini tidak berpuas hati.
Sebenarnya adalah mustahil untuk sesiapa memahami atau menerima struktur kaum di mana-mana negara dan seterusnya dasar-dasar yang lahir dari kedudukan struktur tersebut - tanpa memahami atau mendalami sejarah bangsa serta negara berkenaan. Hanya apabila kita mempelajari sejarah Amerika atau asal usul apa yang dikatakan The Wild West serta kedudukan dan status kaum asli Red Indian - maka kita akan dapat memahami perihal serta muslihat sebalik dasar bangsa orang putih yang datang menakluki mereka. Begitu juga di negara Malaysia ini, dasar-dasar inclusiveness dan affirmative action yang menjadi asas kepada struktur pentabiran negara perlu difahami dari perspektif penduduk asal Tanah Melayu yang terpaksa menjaga hak kepentingan mereka yang sentiasa kena beralah dengan setiap kaum dan pihak yang datang tak henti-henti menuntut bahagian mereka. Seperti Kisah Arab dengan Unta, fahamlah bahawa orang-orang Melayu di Tanah Melayu tak berminat di 'unta' kan oleh sesiapa.
Jadi siapakah talents yang menganggotai diaspora yang kononnya mengakibatkan fenomena brain drain kita di Malaysia ni?
Menurut Philip Schellekens, taburan 57% dari diaspora ini berada di Singapura, manakala baki 43% terdapat di Australia, Brunei, United Kingdom dan Amerika Syarikat - seterusnya 90% dari jumlah keseluruhan diaspora ini terdiri dari kaum Cina. Inilah dia kelompok talents yang perlu kita sembah tepak sirih untuk balik ke Malaysia...kalau tidak kata Philip, tak taulah apa nasib negara kita ni pada tahun 2020 nanti.
Nampak tak?
Talent Corporation kita tak perlulah hilang punca nak menyelesaikan masalah brain drain ni! Bukan 90% tu sahaja yang mampu menjadikan kita negara maju yang berpendapatan tinggi. Malaysia tidak menjadi negara maju seperti sekarang dengan bergantung kepada diaspora ini. Yang penting kita jangan menidakkan talent tempatan yang belum kita manfaatkan sepenuhnya. Dan yang lagi penting, bangsa kita yang merdeka jangan dibiar lagi dijajah secara halus melalui report card yang ibarat gunting dalam lipatan ini.
Reporters Without Borders (diterjemahkan Wartawan Tanpa Sempadan) yang bertanggungjawab meletakkan Malaysia di kedudukan tu mengatakan setelah mereka membuat penilaian melalui soal selidik (questionnaire) mereka dapati bahawa Malaysia adalah di kalangan negara yang banyak menganiaya dan menyekat kebebasan bersuara melalui akhbar. Antara begitu banyak jahil dalam dunia, agaknya inilah kumpulan jahil yang terbesar sekali yang ada.
Jadi siapa 'menatang' yang letak Malaysia nombor corot ni??? Kata orang tua, kalau nak tau baik seseorang - tanya pada kawannya. Nak tau buruknya - tanya pada musuhnya. Cuba geng semua teka di mana duduknya Amerika dalam senarai indeks rekaan ini? Tau takpe... (tepuk tangan sikit sebab pandai)...tentulah dalam kalangan 20 anak mata tangga teratas sekali. Kalau letak nombor 1, nampak sangat pulak masuk bakul angkat sendiri, iya tak? Jadi letaklah nombor 20 - ngam-ngam supaya orang tak bising sangat. Tak payah jawab guna soal selidik pun kita dah boleh buat kira-kira tu, betul tak?
Tapi cuba tanya diri kita sendiri, masuk akal tak Amerika dapat nombor 20 ni?
Mengikut kata La Presse Sans Frontieres yang berpengkalan di Paris ini, Indeks Kebebasan Akhbar yang mereka siarkan ini hanya mengukur tahap pencabulan kebebasan akhbar sahaja - dan tiada kaitan dengan pencabulan hak asasi manusia. Apa tu ehh??? Dan satu lagi, indeks ini jugak dikatakan tidak mencerminkan mutu akhbar/kewartawanan di negara-negara berkenaan....???? Lagi golmarrr...@#*!^...
Trust these idiots to come up with such ambiguity to cover up their nebulousness...
Indeks ini hanya membayangkan tahap kebebasan yang dinikmati oleh wartawan atau pertubuhan berita di sesebuah negara dan sejauh mana pihak berkuasa di negara berkenaan menghormati atau menjamin kebebasan ini dihormati.
Jadi,
Soalan: Bagaimana Indeks ini dikira???
Jawapan: Okay, satu soalselidik (questionnaire) mengandungi 43 kriteria telah dirangka oleh Reporters without Borders ini yang meliputi perkara-perkara:
1) pencabulan kebebasan secara langsung kepada pemberita/wartawan e.g. dibunuh, dipenjara, diserang secara fizikal, diancam/ diugut dsb.
2) pencabulan kebebasan media e.g. censorship, akhbar ditutup secara paksa, rampas peralatan, arahan geledah, penderaan dsb.
3) tahap perlindungan yang dinikmati oleh pihak yang bertanggungjawab mencabul kebebasan ini dari dinikmati
4) ukuran tahap self censorship di setiap negara
(Sila ambil perhatian: Penilaian dibuat atas pencabulan kebebasan pemberita/wartawan atau badan berita berkenaan. Pencabulan yang dilakukan oleh wartawan atau badan berita berkenaan terhadap komuniti atau negara berkenaan tak perlu diambil kira! Boleh??? )
Soalan: SIAPA yang jawab soalselidik ini???
Jawapan: 15 kumpulan yang bebas bersuara (freedom of expression groups) yang telah dikenalpasti di 5 buah benua di dunia terdiri dari 140 correspondents (antaranya pemberita/wartawan, pakar kajiselidik, ahli perundangan dan aktivis hak asasi manusia) yang termasuk dalam rangkaian ini akan menerima soalselidik ini untuk di isi.
Siapa dan apa identiti 15 kumpulan yang bebas bersuara ini, wallahu a'lam...
Berdasarkan jawapan dan soalselidik yang 140 makhluk ini lengkapkan, maka negara-negara yang dinilai termasuk Malaysia akan menerima ranking atau kedudukan mereka dalam senarai indeks yang disebut. Bagus kan? Macam sial!!!
Tapi nanti dulu, belum habis lagi - ada satu lagi report card yang Malaysia dapat... ini pun markah kita kurang baik jugak.
Pada 28 April yang baru lalu, Bank Dunia (World Bank) mengeluarkan Laporan yang mengatakan dasar-dasar Malaysia sendiri yang telah menjadi senjata makan tuan dan menjadi penyebab utama berlakunya "brain drain" di negara ini.
(Takrif brain drain - ketirisan tenaga cerdik pandai atau talents ke luar negara)
Laporan itu turut menghujjah bahawa jika dasar-dasar ini dibiar berterusan - jangan harap Malaysia akan jadi negara berpendapatan tinggi pada tahun 2020 nanti. Lebih kurang gitulah isi kandungan Laporan tersebut...
Philip Schellekens, ahli ekonomi di World Bank yang turut menulis laporan ini juga berkata ini adalah petanda kritikal yang menunjukkan bahawa sudah tiba masa para pembuat dasar negara kita perlu mengganda usaha menarik dan mengekalkan talents ini dengan cara menghapuskan dasar-dasar yang pada awalnya menjadi sebab kumpulan ini tidak berpuas hati.
Sebenarnya adalah mustahil untuk sesiapa memahami atau menerima struktur kaum di mana-mana negara dan seterusnya dasar-dasar yang lahir dari kedudukan struktur tersebut - tanpa memahami atau mendalami sejarah bangsa serta negara berkenaan. Hanya apabila kita mempelajari sejarah Amerika atau asal usul apa yang dikatakan The Wild West serta kedudukan dan status kaum asli Red Indian - maka kita akan dapat memahami perihal serta muslihat sebalik dasar bangsa orang putih yang datang menakluki mereka. Begitu juga di negara Malaysia ini, dasar-dasar inclusiveness dan affirmative action yang menjadi asas kepada struktur pentabiran negara perlu difahami dari perspektif penduduk asal Tanah Melayu yang terpaksa menjaga hak kepentingan mereka yang sentiasa kena beralah dengan setiap kaum dan pihak yang datang tak henti-henti menuntut bahagian mereka. Seperti Kisah Arab dengan Unta, fahamlah bahawa orang-orang Melayu di Tanah Melayu tak berminat di 'unta' kan oleh sesiapa.
Jadi siapakah talents yang menganggotai diaspora yang kononnya mengakibatkan fenomena brain drain kita di Malaysia ni?
Menurut Philip Schellekens, taburan 57% dari diaspora ini berada di Singapura, manakala baki 43% terdapat di Australia, Brunei, United Kingdom dan Amerika Syarikat - seterusnya 90% dari jumlah keseluruhan diaspora ini terdiri dari kaum Cina. Inilah dia kelompok talents yang perlu kita sembah tepak sirih untuk balik ke Malaysia...kalau tidak kata Philip, tak taulah apa nasib negara kita ni pada tahun 2020 nanti.
Nampak tak?
Talent Corporation kita tak perlulah hilang punca nak menyelesaikan masalah brain drain ni! Bukan 90% tu sahaja yang mampu menjadikan kita negara maju yang berpendapatan tinggi. Malaysia tidak menjadi negara maju seperti sekarang dengan bergantung kepada diaspora ini. Yang penting kita jangan menidakkan talent tempatan yang belum kita manfaatkan sepenuhnya. Dan yang lagi penting, bangsa kita yang merdeka jangan dibiar lagi dijajah secara halus melalui report card yang ibarat gunting dalam lipatan ini.
What is important is to attract the 'right' talent - not just those that will significantly do good for our nation's GDP, balance of payments, good name and reputation...but also those that are unabashed about their citizenry and will not so easily flee the country at the first sign of problems. Let's be honest about this. You'd be a fool to expect the same loyalties from people who do not think twice about moving to where the grass (and cash) is greener - and another that lives by the proverbial code of "though it rains gold in another's country and rains pebbles in yours - your country is by far better"!
This is what distinguishes the true Malaysians from the worthless imitations. So why lose sleep over the fabricators of these report cards anyway?
REALLY...WHO THE HELL DIED AND MADE THEM KING???
Tuesday, 3 May 2011
Camne kalau takde Cina dalam Kabinet???
Okay, camne kalau takde Cina dalam Kabinet??? Soalan cepumas tu! Mari kita perjelaskan lagi. Kalau takde sorang pun Cina duduk dalam Jemaah Menteri, boleh kah BN terus memerintah negara ni? Ini soalan realistik dan praktikal yang harus dijawab oleh semua yang inginkan BN terus menerus berkuasa.
Sebelum Pilihanraya Sarawak bulan lepas, Dato Najib dah berkali-kali sebut yang BN mesti meletakkan winnable candidates untuk menjamin kemenangan parti dalam setiap pertandingan.
Winnable candidates! Winnable candidates! WE WANT/ NEED WINNABLE CANDIDATES!!!
Dengar tak??? OOOiiiiii!!! Dengar, memang semuanya dengar. Hari-hari sebut 'winnable candidate' - pekak, kalau tak dengar, bodoh, kalau tak faham...dan pendek umur, kalau tak nampak!
Tapi yang takut pendek umur tu, diorang tu tau ke abende "Winnable Candidate" tu beb???
Cuba tanya diorang, dia tau ke apa makna "Winnable Candidate" tu! Dato Najib dah berkali-kali kata winnable candidate adalah calun-calun yang dikenalpasti boleh menang dalam pilihanraya, tak kira lah pilihanraya kecil atau pilihanraya umum. Faham?
Tak berapa faham iya? Okay, gini.... Candidate atau calun yang dipilih untuk bertanding mewakili BN (saya sebut BN sebab parti lain tak pakai syarat sama - diorang hanya pilih calun yang anggap Anuwar anugerah Tuhan aje, senang cerita) mestilah calun yang boleh menewaskan calun parti lawan, yang punya rekod cemerlang dan lebih baik lagi kalau dia boleh menyebabkan calun lawan tersebut hilang wang pertaruhan. Tapi dalam pada BN nak mencari winnable candidate ni, ngapa masih ada masalah jugak untuk calun BN nak menang ekkk?
Sebenarnya nak mengalahkan calun parti lawan dalam pilihanraya bukanlah sesuatu yang mudah,... tetapi ia bukan jugak suatu perkara yang mustahil. Saya ingat saya nak ajak bro dan beb di luar sana untuk kita sama-sama mengenalpasti dan menentukan Winnable candidates untuk BN - untuk memudahkan kita bila masanya tiba untuk kita buat pemilihan.
Pilihanraya Sarawak baru-baru ini sebenarnya petunjuk yang maha jelas tentang siapakah winnable candidate yang patut BN cari. Sarawak is a very telling election...one very clear thing it's telling is that - it is of no consequence what BN gives, what BN promises to give or what BN has given...the Chinese voters there simply do not want BN. Get it??? So...what should BN do? Anyone???
Baik, mari kita fikir balik. Sewaktu BN kehilangan lima negeri dalam Pilihanraya 2008, ada tak buat post mortem sejujur-jujurnya tentang sebab-sebab kekalahan tersebut? JUJUR tu maknanya kajian penilaian yang telus dan menyingkap kebenaran, yang tak menipu para penyokong parti...dan yang lebih penting lagi yang tak menipu diri sendiri.
Kalau sakit jumpa doktor. Bila jumpa doktor, kena bagi tau tanda-tanda atau symptoms (kata orang putih) yang betul. Sebab kalau doktor buat diagnosis yang salah disebabkan maklumat symptoms yang tak betul, macam mana penyakit nak diubat??? Silap-silap kaki yang tak sakit pulak yang kena potong, kan ke masalah? Itu analogy yang paling mudah nak faham.
Senang, begini ajelah...kita kena bagi rakyat apa dia nak. Kalau dia nak DAP, bagi dia DAP. Kalau dia pilih PKR, biar dia tunggang terbalik dengan PKR.
Tapi kalau pengundi Cina misalnya tak nak BN, janganlah pulak bagi lebih lagi gula-gula...sedaplah dia. Dah lah tak pilih BN, tambah pulak habuan, mana ada lojik! Ambil balik gula-gula pada diorang tu, kensel! Gula-gula tu bukan saja peruntukan ok bro - tapi termasuklah dasar, peraturan pembahagian kek ekonomi dan segala-gala yang manis yang selama ini dinikmati tanpa menghargai susah payah ianya dirundingkan dengan kaum-kaum lain yang juga rakyat Malaysia. Bagi gula-gula ni pada tempat dan kawasan yang pilih calun BN, selesai masalah. Secara otomatik, calun BN semua akan terjamin jadi winnable candidate sampai bila-bila. BN kan dacing, jadi kenalah tunjuk keseimbangan. Orang sokong kita, kita sokong dia. Orang tak sokong kita, jangan pening kepala - biar dia mintak pada orang yang dia sokong. Selamat duit BN! Taklah muflis negara, macam kata Idris Jala.
Dato Najib buat panggilan kepada MCA (rakan komponen BN) khususnya untuk menangani isu pengundi Cina yang jelas lari dari memberi sokongan kepada BN. Ramai penyokong BN ingatkan Soi Lek akan beri komitmen kepimpinan MCA untuk ini tidak terus berlaku pada PRU 13 nanti - rupanya tidak. Sebaliknya dia kata kalau payah-payah sangat, tak payah letak wakil Cina dalam Kabinet. Jadi, ketuanya dah buat keputusan gitu, oklah. Jangan kelahi, bagi dia apa dia nak. Soi Lek lebih kenal bangsa dia - jadi kita jangan pertikai. Sikap 'menyerah sebelum kalah' ni dah cukup untuk membantu BN mengenalpasti winnable candidate yang sesuai bagi pilihanraya umum yang bakal tiba.
Pengundi Cina memang terkenal mengundi berdasarkan isu - dan bukan atas dasar kepartian.
Trend ini jelas kita dapat lihat selepas sedozen pilihanraya. Takkan tak pandai-pandai lagi menilai, beb? Alah bisa tegal biasa...peribahasa lama tu besar hikmahnya, BN kena ambil iktibar dan bertindak dengan bijaksana!
Sebelum Pilihanraya Sarawak bulan lepas, Dato Najib dah berkali-kali sebut yang BN mesti meletakkan winnable candidates untuk menjamin kemenangan parti dalam setiap pertandingan.
Winnable candidates! Winnable candidates! WE WANT/ NEED WINNABLE CANDIDATES!!!
Dengar tak??? OOOiiiiii!!! Dengar, memang semuanya dengar. Hari-hari sebut 'winnable candidate' - pekak, kalau tak dengar, bodoh, kalau tak faham...dan pendek umur, kalau tak nampak!
Tapi yang takut pendek umur tu, diorang tu tau ke abende "Winnable Candidate" tu beb???
Cuba tanya diorang, dia tau ke apa makna "Winnable Candidate" tu! Dato Najib dah berkali-kali kata winnable candidate adalah calun-calun yang dikenalpasti boleh menang dalam pilihanraya, tak kira lah pilihanraya kecil atau pilihanraya umum. Faham?
Tak berapa faham iya? Okay, gini.... Candidate atau calun yang dipilih untuk bertanding mewakili BN (saya sebut BN sebab parti lain tak pakai syarat sama - diorang hanya pilih calun yang anggap Anuwar anugerah Tuhan aje, senang cerita) mestilah calun yang boleh menewaskan calun parti lawan, yang punya rekod cemerlang dan lebih baik lagi kalau dia boleh menyebabkan calun lawan tersebut hilang wang pertaruhan. Tapi dalam pada BN nak mencari winnable candidate ni, ngapa masih ada masalah jugak untuk calun BN nak menang ekkk?
Sebenarnya nak mengalahkan calun parti lawan dalam pilihanraya bukanlah sesuatu yang mudah,... tetapi ia bukan jugak suatu perkara yang mustahil. Saya ingat saya nak ajak bro dan beb di luar sana untuk kita sama-sama mengenalpasti dan menentukan Winnable candidates untuk BN - untuk memudahkan kita bila masanya tiba untuk kita buat pemilihan.
Pilihanraya Sarawak baru-baru ini sebenarnya petunjuk yang maha jelas tentang siapakah winnable candidate yang patut BN cari. Sarawak is a very telling election...one very clear thing it's telling is that - it is of no consequence what BN gives, what BN promises to give or what BN has given...the Chinese voters there simply do not want BN. Get it??? So...what should BN do? Anyone???
Baik, mari kita fikir balik. Sewaktu BN kehilangan lima negeri dalam Pilihanraya 2008, ada tak buat post mortem sejujur-jujurnya tentang sebab-sebab kekalahan tersebut? JUJUR tu maknanya kajian penilaian yang telus dan menyingkap kebenaran, yang tak menipu para penyokong parti...dan yang lebih penting lagi yang tak menipu diri sendiri.
Kalau sakit jumpa doktor. Bila jumpa doktor, kena bagi tau tanda-tanda atau symptoms (kata orang putih) yang betul. Sebab kalau doktor buat diagnosis yang salah disebabkan maklumat symptoms yang tak betul, macam mana penyakit nak diubat??? Silap-silap kaki yang tak sakit pulak yang kena potong, kan ke masalah? Itu analogy yang paling mudah nak faham.
Senang, begini ajelah...kita kena bagi rakyat apa dia nak. Kalau dia nak DAP, bagi dia DAP. Kalau dia pilih PKR, biar dia tunggang terbalik dengan PKR.
Tapi kalau pengundi Cina misalnya tak nak BN, janganlah pulak bagi lebih lagi gula-gula...sedaplah dia. Dah lah tak pilih BN, tambah pulak habuan, mana ada lojik! Ambil balik gula-gula pada diorang tu, kensel! Gula-gula tu bukan saja peruntukan ok bro - tapi termasuklah dasar, peraturan pembahagian kek ekonomi dan segala-gala yang manis yang selama ini dinikmati tanpa menghargai susah payah ianya dirundingkan dengan kaum-kaum lain yang juga rakyat Malaysia. Bagi gula-gula ni pada tempat dan kawasan yang pilih calun BN, selesai masalah. Secara otomatik, calun BN semua akan terjamin jadi winnable candidate sampai bila-bila. BN kan dacing, jadi kenalah tunjuk keseimbangan. Orang sokong kita, kita sokong dia. Orang tak sokong kita, jangan pening kepala - biar dia mintak pada orang yang dia sokong. Selamat duit BN! Taklah muflis negara, macam kata Idris Jala.
Dato Najib buat panggilan kepada MCA (rakan komponen BN) khususnya untuk menangani isu pengundi Cina yang jelas lari dari memberi sokongan kepada BN. Ramai penyokong BN ingatkan Soi Lek akan beri komitmen kepimpinan MCA untuk ini tidak terus berlaku pada PRU 13 nanti - rupanya tidak. Sebaliknya dia kata kalau payah-payah sangat, tak payah letak wakil Cina dalam Kabinet. Jadi, ketuanya dah buat keputusan gitu, oklah. Jangan kelahi, bagi dia apa dia nak. Soi Lek lebih kenal bangsa dia - jadi kita jangan pertikai. Sikap 'menyerah sebelum kalah' ni dah cukup untuk membantu BN mengenalpasti winnable candidate yang sesuai bagi pilihanraya umum yang bakal tiba.
Pengundi Cina memang terkenal mengundi berdasarkan isu - dan bukan atas dasar kepartian.
Trend ini jelas kita dapat lihat selepas sedozen pilihanraya. Takkan tak pandai-pandai lagi menilai, beb? Alah bisa tegal biasa...peribahasa lama tu besar hikmahnya, BN kena ambil iktibar dan bertindak dengan bijaksana!
Subscribe to:
Posts (Atom)